Buku ini sangat menarik, menceritakan tentang perjuangan seorang anak berumur 8 tahun dalam melawan keterpurukan hidup. Anak ini dijuluki Umang yang artinya anak malang. Anak ini hidup di pedalaman hutan sumatera bersama ayahnya. Adanya transmigrasi yang dilakukan oleh pemerintah membuat anak ini mendapatkan teman bermain. Suatu malam, dimana ayahnya merasa bahwa ia akan segera meninggal. Ayahnya memberitahu anak ini, bahwa ia bukanlah ayah kandungnya melainkan orang yang telah membunuh kedua orang tua anak ini. Dulu ayahnya ini tergabung dalam kelompok perampok yang sangat disegani. Saat merampok rumah kedua orang tua anak ini, mereka melawan. Tidak ingin ketahuan, salah satu anggota kelompok ini mengarahkan pedangnya ke arah kedua orangtuanya, mereka meninggal. Seusainya ia bercerita, ia meninggal. Anak ini melawan derasnya arus sungai dan dinginnya hujan untuk mencari bantuan ke desa transmigrasi. Anak ini kemudian dijauhi masyarakat transmigrasi karena dikira gila sepeninggal ayahnya. Seorang anak perempuan mencoba memberi semangat hidup untuk anak ini. Merasa khawatir karena malam mulai tiba anak ini mengantar anak perempuan ini pulang ke rumahnya dengan menggendongnya, karena kakinya tersandung dan berdarah. Sesampainya di rumah anak ini, bukannya ucapan terima kasih yang ia dapat. Melainkan caci maki dan hinaan yang disertai pukulan pada tubuhnya. Anak ini lari, lari sekencang mungkin saat diusir dari desa itu . Ia berhenti dan duduk di bawah pohon dekat sungai. Saat bekerja menggebor minyak, ada yang menemukan seorang mayat anak laki-laki. Ia segera memanggil mandornya. Mandornya melakukan pertolongan pertama pada anak ini, dan syukurlah anak ini masih hidup. Setelah dilakukan musyawarah anak ini diangkat menjadi anak oleh mandor. Karena ia tidak mempunyai seorang anak. Anak ini ia sekolahkan sampai lulus SD. Saat acara kelulusan mandor tidak dapat hadir karena pengeboran minyak ada yang bocor. Sepulang dari acara itu ibu angkatnya kecewa dan merasa khawatir pada si mandor karena tidak dapat menghadiri acara. Datang mobil pekerja ke rumah, seorang diantara mereka memberitahukan bahwa mandor meninggal karena terlempar saat ledakan dan badannya terkena kayu yang lancip. Keadaan anak ini semakin terpuruk, ibu angkatnya harus ikut keluarganya ke Medan. Sesuai tradisi anak angkat tidak boleh ikut. Tidak ingin ibu angkatnya sedih, ia pergi ke sungai dan duduk di bawah pohon. "Jangan bersedih" "Ayah, bukannya ayah sudah meninggal" "Kamu takut" "Tidak ayahnya, aku senang melihat ayah lagi" "Pergilah merantau, tinggalkan desa ini, tinggalkan orang yang kau kenal. Carilah ilmu sebanyak mungkin untuk masa depanmu. Ayah yakin kau akan berhasil dan akan berguna untuk orang lain" Mendengar nasihat ayahnya dalam mimpi ia pun memutuskan untuk merantau ke Jawa, dengan bekal tekad dan keberanian.
Mickey Mouse
Mickey Mouse atau Miki si tikus adalah karakter kartun yang menjadi ikon hewan bagi The Walt Disney Company yang diciptakan oleh Ub Iwerks pada tahun 1920-an dengan perjuangan keras. Mickey Mouse telah berkembang menjadi sekadar tokoh animasi atau kartun yang menjadi salah satu ikon yang begitu terkenal di dunia.
Semua Tentang Diriku
Aku merasa tidak tenang minggu kemarin, aku ingin segera meninggalkan dunia ini. Entah mengapa setiap aku merasa tidak tenang aku selalu ingin meninggalkan dunia ini untuk selama-lamanya. Pernah ku ceritakan hal ini kepada mamaku, mamaku memarahiku, dia bilang “jangan bicara yang begitu, bicara itu yang baik, karena perkataan itu adalah doa. Hidup itu harus selalu semangat”. Perkataan mamaku membuat diriku sadar kalau hidup harus penuh semangat tanpa ada kata menyerah dan putus asa. Tapi mengapa setiap aku semangat dalam melakukan suatu pekerjaan pasti pekerjaan itu tidak akan berhasil ku selesaikan dengan baik, pasti ada saja yang menghalangiku. Dan kenapa aku kurang bisa mengontrol diriku sendiri, kenapa aku juga tak tahu sifatku dan perasaan yang aku alami. Aku merasa diriku sangat kacau.
Aku pun tak tahu apa kelebihanku, terlalu banyak kekurangan yang aku meliki sehingga ku tak dapat melihat apa kelebihanku itu. Karena aku sangat ingin tahu apa kelebihanku aku berusaha mencari kelebihanku itu melalui membaca. Dari berbagai buku yang aku baca salah satunya berisi tentang bila melakukan suatu pekerjaan itu harus didasari rasa suka terhadap pekerjaan itu dan dengan begitu kita tidak akan merasa terbebani oleh pekerjaan itu.
Suatu hal yang membuatku tidak yakin dalam menyelesaikan suatu pekerjaan ialah aku tidak bisa merangkai kata-kata yang indah atau kata-kata yang mudah dipahami. Dan dalam bicara, setiap orang bercerita atau curhat padaku pasti aku selalu senyum atau hanya sekedar menjawab “hem”. Hal itu ku lakukan karena aku tak tahu harus menjawab dengan kata apa, otakku seakan buntu. Aku selalu ingin seperti orang pada umumnya, seperti orang yang apabila mengobrol bisa lama dan terlihat sangat seru, aku merasa iri pada orang itu karena aku tidak bisa seperti mereka. Walaupun begitu aku pun bersyukur, dengan sifatku ini aku tidak akan melakukan banyak dosa seperti hibah atau gosip. Karena sifatku ini, aku tidak mempunyai teman dekat. Sebenarnya aku juga mempunyai teman, tapi mereka kadang meninggalkanku jika mereka memiliki teman yang lebih asyik diajak mengobrol. Mereka pun akan kembali menjadi temanku apabila mereka juga tidak mempunyai teman yang asyik diajak gobrol. Sebenarnya aku juga mempunyai teman dekat namanya Alfi, Anggita, Yusi, Nur, dan Baroroh. Tapi aku tidak dapat bersama dengan mereka karena kami tidak dapat bertemu setiap saat karena terbentang jarak yang cukup jauh.
Di kesendirianku aku sangat bersyukur, karena dengan begitu aku bisa lebih mendekatkan diri pada Allah SWT dan menikmati kebesaran-Nya. Disisi lain aku juga merasa sangat sedih karena ku tak mempunyai teman dekat kemana-mana sendiri. Karena aku tidak mempunyai teman dekat, aku selalu curhat atau cerita semua kejadian baik sedih maupun susah pada mamaku atau kakak perempuanku.
Mengapa setiap berfoto diriku tak seperti orang kebanyakan, yang selalu bergaya didepan kamera. Kenapa diriku hanya bisa senyum dan kepala sedikit dimiringkan. Dan kenapa pula diriku tak bisa merubah semua ini.
Aku senang bila bermain dengan adikku, selalu ada canda di dalamnya. Kadang juga ada kekesalan dan amarah di dalamnya yang membuat adikku menangis. Saatku jauh dari adikku aku selalu merindukannya, ingin aku di sisinya setiap saat. Aku juga merasa sangat rindu jika aku jauh dari mamaku.
Entah kenapa, setiap aku berada disisi adikku aku tidak dapat mengendalikan sikap dan perilaku diriku. Bila ku marah tanpa ku sadari aku memukulnya, sungguh kejam diriku ini. Setelah memukulnya aku selalu merasa bersalah. Kenapa aku tak biasa mengendalikan diriku. Selalu ku coba untuk merubah sifatku ini, tapi setelah kucoba beberapa hari, ini semua terlalu sulit untuk diubah. “Oh Tuhan bantulah diriku, supaya aku tidak menyakiti hati dan fisik adikku”.
Uh, kenapa diriku ini tak bisa seperti orang pada umumnya, kenapa ku sangat berbeda.
Orang yang dikagumi Rasullah
“Ah…, sekarang saya tahu ya Rasulullah”, kata salah seorang sahabat dengan muka berseri-seri. “Mereka yang Rasulullah maksudkan itu tentulah kami, para sahabatmu. Kami manusia biasa, kami juga tidak menerima wahyu, dan sama sekali tidak dikaruniai mukzizat apapun. Meskipun demikian, kami berjanji untuk selalu mematuhi segala perintah Allah dan menjauhi segala larangannya”, jelas sahabat tersebut dengan senyum mengembang diwajahnya.